Senin, 26 September 2011

Sejuknya Dataran Tinggi Dieng



Bagi teman-teman yang merasa bosan berhari-hari merasakan penatnya udara panas di keramaian kota, tidak ada salahnya di suatu kesempatan kalian mencicipi nikmatnya udara dingin di Dataran Tinggi Dieng. Dieng merupakan salah satu objek wisata terkenal yang terletak di Wonosobo, Jawa tengah. Ketinggiannya mencapai 2050an meter di atas permukaan laut, dan suhu udaranya berkisar antara 15°—10°. Itu sebabnya dieng terkenal sangat dingin. Kebetulan saat kami berdua datang berwisata kesana, jam sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. Nah, bayangkan, jam segitu saja dinginnya sudah minta ampun, bagaimana kalau datangnya malam atau pagi hari.

Ceritanya, saya dan pacar saya (yes, a couple of blind traveller) datang dari Semarang naik bus ekonomi. Yup, kami sengaja naik bis ekonomi biar lebih adventurious . Dengan penumpang yang memang tidak penuh bus kamipun meluncur dengan mulus. Sampai ditengah jalan nggak ada hujan dan nggak ada badai bus kami tiba-tiba berhenti. Usut punya usut tenyata kami akan di-oper ke bus lain dengan alasan yang jeles-jelas tidak jelas. Kamipun mengalah pindah bus dan ternyata bus baru kami ini begitu penuh sesak. Untuk ukuran bus ukuran sedang, bus ini ditunggangi oleh lebih dari 50 orang dan belasan orang yang nggak kebagian tempat duduk dengan sukarela berdiri sepanjang perjalanan yang masih cukup panjang ( satu setengah jam perjalanan). Karena saat kami masuk hanya tersisa satu tempat duduk, maka sayalah yang dipersilahkan pacar saya untuk duduk. Rasa-rasanya saya nggak tega juga liat pacar saya berdiri sepanjang jalan tetapi saya juga merasa beruntung dilahirkan sebagai seorang perempuan yang memang harus dilindungi. Eiittzz..tapi itu bukan berarti saya manja atau cengeng loh.

Setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan, sampailah kami di Kota tujuan kami. Bus kami berhenti di terminal Kota Wonosobo lalu naik angkot lagi sampai ke tempat tem-teman terakhir mini bus yang akan membawa kami sampai ke tujuan terakhir(objek wisata Dieng). Turun dari mini bus, kami langsung disambut gembira oleh beberapa jasa ojek yang mangkal di simpang. Mereka bilang, objek wisatanya masih jauh, paling dekat yah Telaga Warna yang letaknya masih satu kiloan lagi. Kalau mau sewa ojek biayanya Rp.50.000,- per kepala, sudah bisa mengelilingi semua objek wisatanya, diantarkan mencari penginapan, dan ditunggu sampai berjam-jam oleh tukang sewanya. Tapi dengan tegas kami menolaknya karena kami adalah backpacker sejati. hehe. Berjalan kaki sejauh satu kilo bukan hal berat bagi kami, karena di sepanjang perjalanan itu kami dapat melihat pemandangan perkebunan sayur dan buah-buahan. Tidak lupa pula kami singgah shalat di musholah Baiturrahman Dieng yang imut-imut.
Masjid Baiturrahman, Dieng - Sumber Foto: Pongky
Sesampainya di kawasan Telaga Warna dan Telaga Pengilon, kami mengeluarkan uang Rp. 14.000,00- untuk membeli 2 tiket masuk. Tiket ini sudah mencakup objek wisata Telaga Warna, Telaga Pengilon dan beberapa gua (Gua Semar, Gua Sumur dan Gua Jaran).






















Telaga Warna memiliki tiga pantulan warna yaitu kehijauan yang disebabkan oleh belerang, kemerahan yang disebabkan oleh ganggang di dasar telaga, dan kebiruan yang disebabkan oleh warna alami air yang terkena pantulan sinar matahari.
Patung yang terdapat di gua Semar, gua Sumur dan gua Jaran - Sumber Foto: Pongky
Sekitar 300 meter dari kawasan telaga, di atas lereng bukit Sikindil, terdapat DIENG PLATEU TEATER yang menampilkan film sejarah Dieng berdurasi sekitar 20 menit. Untuk menontonnya, kita perlu merogoh kocek lagi Rp. 5.000,- per kepala.

Sialnya, kami tidak dapat melanjutkan perjalanan selanjutnya karena turun hujan. Udara menjadi semakin dingin dan saya mengenakan jaket yang tidak terlalu tebal. Jadi kami memutuskan untuk pulang dan menikmati malam di pusat kota Wonosobo. Di sini kami sempat makan malam di warung sate ayam yang mangkal di dekat alun-alun Kota Wonosobo. Dan satu hal yang tidak pernah kami lewatkan setiap kali traveling yaitu susur mall, haha. Malam itu juga kami putuskan untuk kembali ke Semarang. Karena tidak ada bus yang  ke Semarang langsung, kamipun menyarter mobil ke Magelang untuk kemudian menunggu bus ke Semarang dari arah Jogja atau Solo. Saat perjalanan kembali ke Semarang, kejadian seperti saat kami berangkat kembali terulang. Yap, saya duduk dan pacar saya berdiri. Dan lagi lagi dialah yang menawarkan saya untuk duduk. dan ternyata durasi berdirinya kali ini agak lebih panjang, malam-malam pula,ckckck. Yang tabah yah sayang. Hidup memang kejam,wkwkwkwk.


1 komentar:

Poncol (Pongky_Cora_cool) mengatakan...

sayang sekali....

Posting Komentar