Minggu, 02 November 2014

Telah Hadir!

Susah mencari produk CONSINA di Semarang?Jangan khawatir, kini telah hadir BACKPACKEREN INDONESIA yang menyediakan peralatan outdoor dengan stok terupdate khususnya merk Consina.
Anda bisa memesan online dari website kami www.pongker.com atau datang langsung ke lokasi di :
Jl. Banjarsari selatan no. 12 Tembalang, Semarang, Jawa Tengah.
Jangan ragu untuk datang ya :)

Senin, 26 Mei 2014

Precious Heritage of Karanganyar

Kamu suka kegiatan mounteneering? atau pernah mendaki gunung Lawu? Jika pernah, pasti kamu pernah mendengar nama Cemoro Lawang, Cemoro Sewu, atau Tawangmangu. Yak, ketiga nama itu adalah tempat-tempat yang sangat terkenal di kaki gunung Lawu, baik sebagai obyek wisata dan juga sebagai titik awal pendakian gunung Lawu.
The Ultimate Travelmate kemarin habis main kesana lho. Tempatnya itu berada di ujung kabupaten Karanganyar, perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kami menghabiskan waktu 2 hari untuk road trip dari Semarang kesini.
Hari pertama.
Kami berangkat hari Sabtu pada pukul 1 siang. Matahari yang tepat berada di atas ubun-ubun tidak menyurutkan niat kami untuk pergi. Pongky, dengan semangatnya mengendarai motor di antara macet jalanan, terutama di daerah Ungaran menuju ke Salatiga. Kami begitu bersemangat melakukan perjalanan ini karena sudah lama tidak bertraveling ria. Ada banyak tugas dan kegiatan lain yang membuat kegiatan backpacker kami kerap dikesampingkan.
Motor Pongky yang gagah terus melaju di jalanan hingga akhirnya sampailah kami di kabupaten Karanganyar pada pukul 3.30 sore. Aku dan Pongky terus memerhatikan plang arah dimana obyek wisata Tawangmangu dan Candi-candi yang terkenal di Karanganyar. Kami melewati persawahan, kebun-kebun, jalanan yang berliku, hingga akhirnya sampailah ke kawasan wisatan candi Cetho dan Candi Sukuh. Kami memutuskan untuk mengunjungi kawasan ini terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke kawasan Tawangmangu yang lebih jauh.
dari gerbang yang bertuliskan Selamat datang di Kawasan Wisata Candi Cetho dan Candi Sukuh, kami masih harus memacu motor lagi sekitar 14 km ke Candi Sukuh dan 17 km ke Candi Cetho.
Candi Sukuh
Hari sudah jam setengah lima sore. Kami hampir lupa bahwa biasanya obyek wisata semacam bangunan candi punya jadwal tutup, tidak seperti obyek wisata alam yang bisa dikunjungi kapan saja. Candi Sukuh tutup pukul 5 sore, dan sekarang sudah pukul 4.45 sore. Untung saja satpam yang menjaga masih mengijinkan kami untuk masuk, tanpa membayar karcis. Ini kabar buruk atau kabar baik ya? sepertinya dua-duanya. Hehe. Kabar buruknya kami tidak bisa terlalu lama disini karena hari sudah semakin gelap, tapi kabar baiknya kami bisa masuk secara cuma-cuma. Sedangkan untuk tarif normal masuk ke Candi Sukuh ini adalah Rp. 3000,-/kepala.
Candi Sukuh itu bentuknya unik, berbeda dengan candi-candi lainnya yang pernah aku kunjungi. Candi Sukuh berbentuk seperti bangunan kuno suku Maya di Amerika tengah. Karena bentuknya inilah aku sangat tertarik untuk mengunjungi Candi ini. Sebelum kena usiran dari pak satpam, kami mengambil foto sebanyak-banyaknya alias bernarsis ria. Aku, yang tidak pernah luput dengan pose pipi ikan buntal, dan Pongky yang tidak pernah luput dari pose selfie bersama hidungnya yang dilipat. Aneh? ya, memang Pongky memiliki keahlian yang tidak bisa dilakukan oleh orang biasa, yaitu melipat hidung tanpa sentuhan tangan.
Pose yang 'berkarakter'
Baiklah, kembali pada candi Sukuh. Konon, Candi ini merupakan salah satu candi terunik di Asia tenggara karena selain bentuknya yang seperti bangungan suku maya, juga memiliki ornamen-ornamen bertema erotis. Ya, banyak ornamen dan arca yang melambangkan alat kelamin manusia disini. Sungguh bertentangan dengan norma kesusilaan yang diagungkan oleh kebudayaan timur bukan? Candi Sukuh juga masih menyimpan berbagai misteri dan pertanyaan yang belum terpecahkan oleh arkeolog manapun saat ini. 
Ingin tahu lebih lanjut tentang candi Sukuh? silahkan datang sendiri ya. Soalnya kami juga hanya menjelajahi sebagian kecil tentang candi ini. Waktu kami hanya 15 menit. Fuuffuu...
Hari sudah semakin gelap, dengan keadaan yang seperti ini tidak mungkin kami dapat melanjutkan wisata selanjutnya. Aku menyarankan untuk bermalam di kawasan dekat sini saja agar besok pagi dapat segera mengunjungi candi Cetho, kemudian barulah melanjutkan perjalanan ke kawasan Tawangmangu. Tapi menurut Pongky, lebih baik kami langsung sore ini saja ke Tawangmangu karena disana pasti lebih ramai. Memang, malam minggu kawasan Tawangmangu selalu dibanjiri oleh para wisatawan dari berbagai daerah untuk menghabiskan akhir pekan.
Aku menyetujui usulan Pongky, dan kami segera melanjutkan perjalanan ke Tawangmangu yang ditempuh selama setengah jam dari kawasan Candi Sukuh dan Candi Cetho. Benar saja! Tawangmangu ramai sekali. Beruntungnya kami masih mendapatkan homestay murah untuk backpacker.
Sate Kelinci
Dan beruntungnya lagi disini kami menemukan banyak sekali kuliner sate kelinci yang murah-meriah. Harga seporsi sate kelinci disini rata-rata Rp. 12.000,- sementara di Bandungan, tempat biasa kami makan sate kelinci harganya bisa mencapai Rp. 20.000,- Tentu saja harga makanan favorit yang semurah itu membuat kami sontak kegirangan. Hehehe.

Hari kedua.
What the...
Salah satu penghuni Grojogan Sewu
Pagi-pagi sekali kami sudah bersiap untuk melanjutkan wisata selanjutnya. Bermodalkan buku profil Kabupaten Karanganyar yang kudapatkan di pameran SDA tahun lalu, kami memutuskan untuk berkunjung ke Grojogan Sewu yang konon recommended. Letaknya hanya sekitar 1 km dari homestay. Rupa-rupanya di hari yang sepagi ini Grojogan sewu sudah dibanjiri oleh banyak wisatawan. Aku bahkan bertemu dengan teman seangkatanku bersama pasangannya. Hihi. Oh ya, karcis masuk ke wana wisata Grojogan Sewu ini adalah Rp. 8.000,-/kepala. Dengan harga segitu kita sudah dapat menikmati sejuknya alam Tawangmangu, menyaksikan suguhan fauna-fauna lucu sepeti monyet dan kukang, melewati ratusan anak tangga yang artistik, dan menyaksikan air terjun dengan ketinggian puluhan meter di atas kaki. Selain itu tidak jauh dari air terjun juga terdapat wahana outbond dan mini rafting (tubing) yang tentu saja harus membayar lagi. Di dalam sini juga banyak tersedia kuliner yang memanjakan perut. Kami saja sarapan sate kelinci lagi gara-gara kegirangan harganya tidak semahal di Bandungan. Hehe.
Air terjun pertama







Setelah puas bermain-main di kawasan Grojogan sewu, kami keluar dan membeli berbagai oleh-oleh khas Tawangmangu. Kami berencana untuk ke destinasi selanjutnya yaitu Cemoro Lawang dan Cemoro sewu. Tapi malangnya belum sampai ke parkiran motor, kami sudah diguyur hujan deras. Terpaksa perjalanan kami tunda dan berteduh dibawah kios-kios. Nah, kami disini juga sempat tertipu pedagang brem lho. Setahu kami, satu kotak brem itu harganya 8ribuan-9ribuan. Tapi disini bapak itu menawarkan dengan harga 20ribu untuk 5 kotak. Kami cukup tertarik, namun menawar lagi sampai harganya deal di 10ribu per 5 kotak. Saat dicek, tanggal kadaluarsanya memang masih lama. Tapi mengapa begitu murah? lalu aku mengecek isinya. Dan owalahhh... rupanya isinya cuma seuprit. Pantesan murah. (-_-)  
Wonderful view
Setengah jam kemudian hujan pun reda. Kami memacu kendaraan kami menuju dataran yang lebih tinggi, yaitu Cemoro Lawang dan Cemoro Sewu. Tau apa yang terjadi selanjutnya? mulut kami ternganga lebar menyaksikan pemandangan yang super duper indah sepanjang perjalanan. Kalau sudah seperti ini kamera harus selalu standby. Rugi kalau tidak berfoto-foto.
Semakin dekat dengan Cemoro Lawang, jalan jadi semakin ramai. Banyak juga anak muda kongkow-kongkow di pinggir jalan. Cemoro Lawang kami lewati begitu saja karena tergoda untuk maju lagi. Sampai akhirnya kami sadari bahwa kami sudah menginjakkan kaki di Jawa Timur. Jawa Timur, men!
Cemoro Lawang adalah tempat wisata yang juga sebagai titik awal pendakian gunung Lawu, begitu juga dengan cemoro Sewu. Lho berarti sama saja dong. Lalu bedanya apa? bedanya, Cemoro Lawang itu di Jawa Tengah dan Cemoro Sewu di Jawa Timur. Iya, 2 tempat itu dipisahkan oleh perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, namun jarak keduanya hanya beberapa ratus meter saja. :D

Di perbatasan provinsi, dengan pose 'berkarakter' (-_-)
Nyolong strawberry, hahaaa
Motor kami akhirnya berhenti di depan gerbang Cemoro Sewu. Melihat orang-orang dengan gagahnya menggendong tas carrier, seketika membuat kami mupeng buat muncak juga. Sayang sekali kami tidak membawa peralatan untuk mendaki, jadi keinginan itu kami tepis dengan berwisata unyu-unyu saja di kebun strawberry. Yakni berwisata petik strawberry. Kebun strawberry memang banyak tersebar di sekitar Cemoro sewu. Harga memetik strawberry berkisar antara Rp. 60.000,-/kg. Tapi saat kami datang strawberry yang merah tinggal sedikit, jadi kami tidak diperbolehkan memetik strawberry. Daripada manyun, kami lalu bertanya-tanya banyak hal pada si bapak pemiliknya dan menimbang-nimbang akan membeli pohonnya atau tidak. Disini satu pohon dijual dengan harga berkisar antara 5ribu sampai 8ribuan. Murah bukan? Sssttt, diam-diam aku juga memetik beberapa buah strawberry yang sudah berwarna merah. Hmmm... baunya wangi, dan rasanya manis-manis kecut gitu. Tapi rasanya begitu segar. Untung saja tidak ketahuan seperti adik-adik yang datang sebelum kami. Dia dimarahin cobaaa... hahaha... *ketawa setan*
Setelah puas memetik strawberry gratisan, kami pun memutuskan untuk pulang ke Semarang langsung karena hari sudah hampir sore. Batal mengunjungi Candi Cetho rasanya lebih baik daripada kemalaman sampai ke Semarang.

Bersamamu, ku akan terus kembali, menikmati wangi cinta dan matahari...
Bersamamu, ku akan terus kembali, menikmati pelangi saat badai pergi...
(Souljah, Bersamamu)

See yaa in da next trip :)
Country road, take me home...